CatLovers
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Vaksin Pada Kucing

Go down

Vaksin Pada Kucing Empty Vaksin Pada Kucing

Post by tompsky Fri Sep 11, 2015 2:56 pm

Haruskah kucing yang sakit atau yang sedang dalam pemulihan divaksinasi ?

Keputusan apakah kita harus melakukan vaksinasi pada kucing yang sedang sakit atau dalam pemulihan tergantung pada kondisi invidivu kucing kita. Satu hal yang harus dipertimbangkan adalah apakah hal yang positif yang ditimbulkan akibat vaksinasi melebihi resiko negative yang akan ditimbulkan. Hasil pemeriksaan fisik dan uji laboratorium akan sangat membantu pengambilan kepututusan ini. Tanda tanda sakit pada kitten harus diintrepretasikan secara berbeda dengan tanda yang nampak pada kucing dewasa. Secara umum jika kucing dewasa mengalami gangguan penyakit pernafasan bagian atas yang ringan dan tanpa demam, sedikit diare, atau penyakit kulit yang tidak berhubungan dengan system kekebalan tubuh, maka vaksinasi dapat dilakukan.

Apakah Vaksinasi pada kucing yang mengalami treatmen glucocorticoids akan efektif?

Dosis rendah dan pemberian jangka pendek glucocorticoids seperti misalnya prednisone pada umumnya tidak akan mengganggu efektivitas vaksinasi. Kucing yang mendapat pelakuan dosis tinggi glucocorticoids dan jugaimmunosuppressants lainnya, biasanya tidak akan merespon vaksinasi dengan baik, bahkan akan meningkatkan resiko pengaruh negative vaksin, terutama jika divaksin dengan modified live vaccine.

Haruskan kucing yang terinfeksi FeLV atau FIV divaksin secara terpisah ?

Pada beberapa kucing Feline leukemia virus (FeLV) dan feline immunodeficiency virus (FIV) dapat menekan system kekebalan tubuh. Pada kasus ini umumnya lebih disukai killed vaccine dibandingkan dengan modified live vaccine. Jika kucing yang terinfeksi dengan FeLV atau FIV tampak sehat, kucing sebaiknya divaksin sesuai dengan jadwal seperti halnya pada kucing yang sehat.

Apa yang harus dilakukan jika kita lupa memvaksin kucing pada usia muda ?

Untuk mendapatkan hasil terbaik, pertama kali kucing divaksinasi dengan vaksin untuk penyakit tertentu, biasanya diulang kembali 2-4 minggu setelah vaksinasi pertama. Vaksinasi pertama dimaksudkan untuk membentuk kekebalan dasar, sedangkan vaksin berikutnya dimaksudkan untuk meningkatkan kekebalan.

Jika jangka waktu antara vaksin pertama dengan yang berikutnya lebih lebar, maka kekebalan tubuh dasar akan berkurang dan tidak memberikan respon peningkatan kekebalan pada vaksinasi berikutnya. Oleh sebab itu, jika hal ini terjadi 2-3 bulan pada kucing muda dengan status vaksinasi yang tidak kita ketahui, maka direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi dengan jarak 2-3 minggu (catatan : tidak berlaku untuk vaksinasi rabies).

Haruskah kucing yang bereaksi buruk terhadap vaksin divaksinasi lagi?

Keputusan untuk memvaksin kucing yang sebelumnya menunjukkan rekasi negatif akan sangat tergantung pada invidu kucing. Umur dan status kesehatan, tingkat reaksi dan juga resiko terhadap penyakit juga harus dipertimbangkan.

Jika resiko kucing kita terlutar penyakit kecil, maka vaksinasi tidak dianjurkan pada kucing yang mengalami reaksi buruk terhadap vaksin. Sebagai contoh, seekor kucing dewasa yang dipelihara di dalam rumah, tidak harus divaksinasi dengan panleukopenia.

Dalam situasi dimana kita mengetahui bahwa kucing kita tidak memiliki sejarah reaksi buruk terhadap vaksinasi, maka vaksinasi harus diberikan secara teratur. Sebagai tambahan, penggunaan monovalent vaccines mungkin dapat mengurangi resiko ini dan sebaiknya diberikan dalam selang waktu 3 minggu. Modified live vaccinesbiasanya juga tidak menyebabkan reaksi yang buruk. Jika intranasal vaccine tersedia, maka dianjurkan untuk menggunakannya.

Kucing yang memiliki reaksi buruk terhadap vaksinasi harus divaksin di Dokter Hewan. Vaksin tertentu dapat saja dikeluarkan dari jadwal vaksinasi kucing kita atau dapat saja digunakan vaksin tipe lain. Pemberianantihistamines sebelum dilakukan vaksinasi dapat mengurangi resiko reaksi buruk. Dokter Hewan dapat saja memasukkan kateter dalam vena kucing jika reaksi ini terjadi, sehingga pengobatan dan cairan tubuh dapat segera diberikan. Kucing harus dimonitor terus perkembangannya sebelum dibawa ke dokter hewan (1/2-beberapa jam) dan pada saat setelah divaksin di rumah.

Mengapa kucing perlu vaksinasi secara berseri ?

Kitten menerima antibody dari induknya melalui plasenta dan setelah lahir akan menerimanya melalui kolostrum (susu pertama). Umur kucing yang ideal untuk divaksin akan sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas antibody yang diterima dari induknya.

Antibodi adalah protein pelawan penyakit yang diproduksi oleh Sel B. Protein antibody dibuat sebagai respons terhadap partikel asing seperti bakteri dan virus. Antibodi ini akan bergabung dengan protein tertentu (antigen) atau benda asing untuk membantu menonaktifkannya.

Level antibody yang tinggi induk kucing yang ada dalam pembuluh darah anak kucing akan memblok efektivitas vaksin. Jika antibody induk menurun pada kucing muda, maka imunisasi akan berjalan dengan baik.

Antibodi induk umumnya akan beredar dalam pembuluh darah anak kucing dalam beberapa minggu. Hal yang perlu diperhatikan adalah terdapat periode sekitar beberapa hari sampai beberapa minggu, dimana level antibody induk terlalu rendah untuk memproteksi terhadap penyakit, akan tetapi masih terlalu tinggi untuk mebiarkan vaksin membentuk imunitas.

Periode ini disebut dengan “Celah Kerentanan”. Pada periode ini sering kali kita jumpai dimana anak kucing sudah kita vaksin tapi masih tertular penyakit. Celah Kerentanan ini dapat saja sangat lebar waktunya. Panjangnya dan juga saat terjadinya Celah Kerentanan ini akan sangat berbeda pada kelahiran yang berbeda. Dalam situasi seperti ini, maka akan sangat mustahil bagi kita untuk menentukan waktu terbaik untuk melakukan vaksinasi kucing kita secara invididu. Oleh sebab itu, maka vaksinasi harus dilakukan secara berseri dengan harapan kita dapat melakukan vaksinasi secepatnya setelah anak kucing kita melewati periode Celah Kerentanan ini..

Pada Umur berapa kucing dapat aman divaksinasi ?

Umumnya, pada umur 6-9 minggu vaksinasi rutin kucing sebaiknya mulai dilakukan. Pengecualian dapat saja untuk kucing yang lingkungannya terekspos terhadap penyakit, misalnya rumah singgah kucing, fasilitas breeding dll. Kucing-kucing ini akan mendapat keuntungan lebih jika divaksin lebih awal. Melakukan vaksinasi pada kiiten pada umur kurang dari 4-5 minggu dengan modified live vaccines dapat mengakibatkan masalah yang serius.

Apakah kucing yang lebih muda dan lebih kecil mendapat dosis vaksin yang lebih sedikit?

Dosis vaksin harus diberikan secara keseluruhan pada saat melakukan vaksinasi. Vaksin dikembangkan tidak untuk diberikan dalam dosis yang berbeda untuk kucing dengan ukuran yang berbeda, kecuali pada kasus khusus, direkomendasikan dosis yang diberikan secara intranasal untuk kitten dikurangi.

Mengapa kucing yang telah divaksin masih saja dapat terserang penyakit ?

Berdasarkan hasil penelitian masih banyak kucing yang telah divaksinasi masih dapat terserang penyakit penyakit yang seharusnya dapat dicegah oleh vaksin tersebut. Kegagalan vaksin ini lebih banyak berhubungan dengan kegagalan respon system kekebalan tubuh dibanding dengan vaksin itu sendiri.

Bagaimana mekanismenya kucing yang telah divaksin masih dapat terserang penyakit dan bahkan mati ? Umumnya hal ini disebabkan karena vaksin tidak cukup menstimulasi system kekebalan tubuh untk melindungi kucing tersebut dari penyakit. Alasan lainnya adalah adanya intervensi system kekebalan tubuh induk, efektivitas vaksin dan kekebalan tubuh kucing yang divaksinasi atau factor genetic. Alasan yang paling memungkinakan adalah intervensi antibodi induk.

Berapa lama vaksin mulai bekerja?

Vaksin tidak langsung menstimulasi kekebalan begitu dilakukan vaksinasi. Pada saat kucing divaksinasi, antigen akan diidentifikasi dan direspon serta diingat oleh system kekebalan tubuh. Pada umumnya proteksi terhadap penyakit belum akan dimulai sampai 5 hari setelah divaksinasi. Proteksi penuh biasanya akan terjadi pada hari ke 14. Pada beberapa kasus, 2 kali atau lebih vaksinasi dengan selang beberapa minggu akan memberikan perlindungan yang baik. Secara umum, modified live vaccines dan vaksin vaksin yang diberikan secara intranasalmemberikan perlindungan yang lebih cepat.

Apakah terdapat perbedaan efektivitas vaksin yang diberikan dengan metode yang berbeda?

Cara pemberian vaksin ini akan sangat tergantung pada situasi. Biasanya cara memberikan vaksin tertera pada label yang diberikan oleh produsen vaksin, termasuk tempat melakukan vaksinasinya. Intranasal vaksin tidak boleh diberikan dengan cara menyuntikkan, sebaliknya vaksin yang didesign untuk disuntikkan jangan sampai masuk melalui mata, hidung dan mulut.

Umumnya vaksin intranasal akan memberikan proteksi yang lebih cepat jika dibandingkan dengan vaksin yang disuntikkan. Intranasal vaksin umumnya jarang menyebabkan reaksi alergi dan memberikan proteksi yang cukup baik jika antibody induk masih ada dalam tubuh kucing yang kita vaksinasi. Jika lebih dari satu vaksin diberikan, maka tempat melakukan vaksinasi harus berbeda dan jangan mencampur vaksin menjadi satu, kemudian disuntikkan. Pada kucing vaksin FeLV biasanya disuntikkan pada pangkal paha kiri belakang, vaksin rabies disuntikkan di bawah kulit kaki kanan dan vaksin lainnya disuntikkan di bahu.

Apakah tipe vaksin yang satu lebih baik dari lainnya?

Umumnya, kekebalan yang terbentuk dari modified live vaccine akan membangkitkan kekebalan yang lebih cepat dan lebih lama jika dibandingkan dengan killed vaccine. Jadi dalam hal ini live vaccines lebih direkomendasikan. Vaksin jenis baru, yaitu recombinant vaccines umumnya tidak menyebabkan alergi.

Haruskan kucing yang sedang hamil atau menyusui di vaksinasi ?

Umumnya, pada kucing yang sedang hamil atau menyusui pemberian obat obatan, dan vaksin harus dihindari. Vaksin modified live akan dialirkan ke janin melalui plasenta induk dan menyebabkan kelainan dan kematian pada fetus. Hal ini umumnya terjadi pada akucing yang tidak divaksinasi dengan vaksin modified live panleukopeniaselama kehamilan. Beberapa vaksin memang dalam pembuatannya telah diuji pada kucing hamil dan kucing yang sedang menyusui dan dapat saja digunakan dalam hal hal tertentu dimana kucing kita tidak memiliki system kekebalan untuk penyakit tertentu dan memerlukan imunisasi. Jika vaksinasi harus dialkukan sebaiknya gunakan killed vaccine. Dokter Hewan anda akan dapat membantu anda untuk menentukan vaksin mana yang sebaiknya digunakan untuk kucing anda yang sedang hamil.

Melakukan vaksin pada kucing yang sedang menyusui tidak akan memberikan perlindungan kepada anak anaknya. Sistem kekebalan tubuh induk akan terbentuk paling tidak dalam satu minggu untuk bereaksi terhadap vaksin dan menghasilkan antibody dengan level yang lebih tinggi. Perlu diingat bahwa anak kucing yang baru dilahirkan hanya dapat menerima antibody dari induk mellaui kolostrum dalam jangka waktu 36 jam pertama. Pada saat itu level antibody induk akan meningkat dan anaknya tidak akan dapat menyerapnya. Vaksinasi akan membantu melindungi induk, akan tetapi tidak akan menyediakan andibodi untuk anak anaknya yang sedang menyusui.

Apa itu vaccine-associated fibrosarcomas ?

Fibrosarcoma adalah tumor jaringan konektif. Tumor ini cenderung meluas ke dalam jaringan yang ada di bawahnya. Frekuensi terjadinya tumor ini meningkat pada kucing dan menurut peneliti beberpa diantaranya disebabkan akibat reaksi local terhadap vaksin. Walaupun tumor ini sering didengar keberadaannya, sebenarnya kejadiannya sangat jarang. Prediksi terakhir tentang kejadian tumor ini adalah 1 dalam 10.000-30.000 kucing yang divaksin, Tumor ini paling banyak berhubungan dengan vaksin FeLV. Pada peneliti menduga bahwa penyebab tumor ini adalah reaksi yang abnormal terhadap vaksin, predisposisi genetic dan infeksi virus lainnya.

Resiko vaksinasi yang berhubungan dengan fibrosarcomas memaksa para peneliti melakukan reevaluasi protocol pemberian vaksin. Hal inilah yang menyebabkan munculnya rekomendasi bahwa kucing yang tidak terekpos terhadap infeksi FeLV tidak perlu divaksin terhadap penyakit ini. Pada kucing yang biasa terekpos dan memiliki resiko infeksi terhadap FeLV akan memiliki resiko yang tinggi akan terbentuknya sarcoma, maka vaksinasi dianjurkan.

Pembengkakan kecil yang disertai dengan sakit terkadang terjadi pada daerah tempat kucing divaksin. Gejala ini akan hilang dalam beberap minggu. Jika masih belum hilang, hal ini dapat memungkinkan terjadinya sarcoma dan harus dilakukan pengecekan ke Dokter Hewan.

Vaksin yang berasosiasi dengan sarcoma umumnya ditandai dengan :

1. Benjolan yang terjadi lebih dari 3 bulan setelah vaksinasi

2. Diameter biasanya lebih dari 2 cm

3. Sebulan setelah vaksinasi besarnya benjolan terus meningkat.

Jika tanda tanda ini terjadi pada kucing anda, maka sebaiknya anda berkonsultasi dengaan Dokter Hewan anda.

Jika fibrosarcoma terjadi dan berkembang, pembedahan dapat saja dilakukan, akan tetapi biasanya tumor ini sangat invasive sehingga sulit untuk mengangkat sepenuhnya. Radiasi dan chemotherapy biasanya dianjurkan dan dikombinasikan dengan pembedahan dan pengangkatan tumor.

Umumnya vaksin FeLV sekarang diberikan pada kaki kiri belakang di tempat yang berbeda dengan vaksin lain diberikan. Jika terjadi tumor maka akan dapat dipastikan vaksin mana yang berasosiasi dengan tumor tersebut. Kalau kejadian tumor ini sangat parah maka amputasi sebagai tindakan kuratif dapat dilakukan. Kucing biasanya dapat hidup normal dengan tiga kaki.

Jika sejarah vaksinasi kucing tidak kita ketahui, berapa jumlah vaksin yang harus diberikan ?

Jawabannya akan sangat tergantung pada jenis vaksin yang digunakan, resiko kucing terekpos pada penyakit serta umur kucing. Untuk kucing yang umurnya lebih dari 4 bulan dan belum pernah divaksinasi atau sejarah vaksinasinya tidak diketahui, umumnya direkomendasikan mendapatkan 2 kombinasi vaksin dengan jarak 3-4 minggu. Pemvaksianan kembali sebaiknya diulang setahun setelah menyelesaikan rangkaian vaksinasi periode pertama atau sesuai dengan anjuran Dokter Hewan anda.

Kucing sebaiknya diuji dengan feline leukemia dan pastikan kucing anda hasil test nya negative sebelum divaksinasi. Sebagai tambahan, vaksinasi dialkukan harus berlandaskan resiko terekspos tidaknya kucing kita terhadap penyakit. Jika vaksinasi FeLV direkomendasikan, kucing sebaiknya mendapatkan dua kali vaksinasi dengan interval 3-4 minggu. Booster tahunan untuk feline leukemia harus dilakukan jika kucing kita memiliki resiko terekspos yang tinggi.

Untuk kitten kurang dari 4 bulan harus mendapatkan vaksin kombinasi distemper (panleukopenia) konsisten dengan jadwal vaksinasinya. Minimum 2 vaksinasi diberikan dengan jarak 3-4 minggu dengan pemberian seri vaksininasi sebelumnya yang diberikan pada umur 16 minggu atau sesudahnya. Pemvaksinan kembali setelah satu tahun harus diberikan atau sesuai dengan anjuran Dokter Hewan anda. Anak kucing umumnya sangat rentan terhadap FeLV, oleh sebab itu vaksinasi melawan FeLV pada kitten direkombinasikan untuk semua anak kucing. Kitten sebaiknya mendapatkan 2 vaksinasi terhadap FeLV dengan interval 3-4 minggu mulai umur 8 minggu. Booster tahunan untuk feline leukemia sebaiknya terus dilanjutkan untuk kucing yang beresiko tinggi terekpos terhadap penyakit ini. Vaksinasi rabies harus diberikan oleh Dokter Hewan.
tompsky
tompsky
Newbie

Jumlah posting : 44
Join date : 11.09.15

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik